Segelintir dari cerita kehidupanku. Bukankah hidup ini terkadang mirip dengan cerita novel? Bedanya, kisah ini masih terus berlanjut dan terus berlanjut.. so, nikmati alur ceritanya kawan.. "PEZIARAHAN TUK MENJADI SEORANG DON CORLEONE"

Senin, 26 Desember 2011

2. “Bukan Memulai Tetapi Mengakhiri”


Malam ini akan lahir raja surgawi kita. Dia tak akan lahir di dalam rumah maupun ruangan, tidak juga di  tempat yang indah, melainkan dikandang sapi.
 Dia tidak akan mengenakan pakaian yang berbahan sutra dari luar negeri atau selimut kehangatan. Dia mengenakan pakaian dari kain lenan biasa.
Dia tidak akan terlelap di dalam buaian emas maupun permata, melainkan dalam buaian dari kayu yang selalu berisik ketika diayunkan diatas rangkanya.
Dia tidak akan bermandikan air susu maupun anggur, melainkan oleh air sungai yang jernih  dan menyegarkan.
Terlihat Maria sedang mendandani-Nya  dengan begitu manisnya, membaringkan-Nya dalam sebuah palungan, Ia pun terlelap.
Tatkala Dia sedang terlelap, terdengar nyanyian malaikat, “oh..diberkatilah Juru Selamat kita yang terkasih, Raja Surgawi kita”

Tidak terasa kita akan sampai pada bulan terakhir tahun 2011. Kita akan mengganti kalender dengan kalender baru 2012 yang diawali dengan bulan Januari. Tetapi sebelum mengakhirinya, kita sebagai orang kristen akan merayakan sebuah momen yang sebenarnya tidak baru melainkan sebuah tradisi yang turun menurun dari nenek moyang kita yaitu hari Natal tanggal 25 Desember. Tanggal 25 Desember ini disebut sebagai hari kelahiran Yesus walaupun sebenarnya hari kelahiran Yesus tidak diketahui secara rinci. Banyak orang menganggap Natal sebagai sebuah ritual dan kewajiban tahunan semata, yang harus dijalani karena statusnya sebagai orang Kristen. Suasana di bulan terakhir, tahun 2011 ini akan berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya. Suasana akan berubah menjadi suasana meriah yang penuh dengan hadiah Natal yang mewah. Mal-mal akan menyambutnya dengan lampu-lampu yang indah yang dibalutkan pada pohon Natal. Pohon Natal yang begitu indah yang berdampingan dengan bungkusan-bungkusan kado. Dan pastinya dipohon Natal itu akan digantungkan sebuah kertas kecil yang bertuliskan “Rp1.000.000,- “ atau nominal lainnya yang angka nolnya tidak kalah banyak.  Orang Kristen akan menyambut tanggal 25 Desember itu dengan sedemikian rupa agar hari yang dinantikan itu berkesan. 

Sebagai mitra kerja-Nya di dunia, gereja-gereja juga tidak kalah sibuk dengan mal-mal dan para jemaatnya. Anak –anak Tuhan akan sibuk menyambut kelahiran-Nya dengan segala bala bantuan dari komisi-komisi. Bak tentara yang akan melakukan sebuah misi penyelamatan di Irak, gereja akan membentuk Panitia Natal yang tugasnya membuat strategi agar hari Natal menjadi hari yang meriah dan penuh warna. Para pembicara atau yang sering disebut pelayan Tuhan akan sibuk dengan segala kontrak barunya untuk berpidato di gereja-gereja yang menjanjikan tuaian yang berlimpah. Maka rasanya hari Natal kurang lengkap jika yang satu ini belum terpenuhi yaitu seni berburu yang dirancang spesial untuk mewarnai hari yang bersejarah itu. berburu pakaian terbaru, berburu resep makanan terbaru, sampai tempat liburan terbaru yang menyenangkan. Entah apa tujuannya untuk menyambut hari Natal itu. Yang jelas orang-orang yang mampu secara financial akan menyambutnya dengan semeriah mungkin. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak dari kita yang merayakan Natal karena memang sudah dari sononya dirayakan. Jadi kalau tidak merayakan, rasanya kurang cocok dengan tuntutan lingkungan, keluarga atau tradisi. Mungkin lebih banyak lagi yang merayakan Natal tanpa makna apapun karena memang tidak tahu makna hakikinya.

Berbagaimacam bentuk dilakukan oleh umat kristiani untuk menyambut Natal. Itu sah-sah saja. Tetapi, hendaknya dari dari kemerlapan malam Natal kita dapat memaknainya dengan sungguh-sungguh agar perayaan itu bukan hanya acara seremonial belaka melainkan Natal kita gunakan untuk menyampaikan kabar sukacita di dalam penderitaan. Itu momen yang sangat baik bagi kondisi masyarakat kita yang semakin memprihatinkan. Agar itu dapat tercapai dengan baik maka sudah saatnya untuk Mengahiri segala kemunafikan yang kita simpan dibalik kepercayaan kita, mengakhiri segala belas kasih yang  diawang-awang dan menutup pintu kebencian. Ini saatnya bagi kita untuk melakukan aksi dari hasil refleksi yang terdalam kita mengenai kehidupan. Mengakhiri segala yang mengganggu kita untuk melihat lebih dalam lagi kehidupan yang sedang berjalan ini dengan membagikan suka cita yang kita rasakan bagi sesama kita manusia. Bukan saatnya lagi menunggu Pere Noel(figur orang baik dan rendah hari menurut orang Perancis) datang ke bumi kita tercinta ini melainkan kita sendiri yang telah menerima kabar baik itu hendaknya memberitakannya juga kepada sesama kita yang tertindas melalui aksi langsung. Mari kita mengakhiri segala keraguan kita untuk melakukan sesuatu “karena yang sangat mendesak saat ini adalah apa yang dapat kita lakukan bagi mereka yang membutuhkan”. Melalui momen ini, Allah mengaruniakan terang Natal kepada kita, yaitu iman berupa kehangatan Natal, kasih berupa pancaran Natal, kemurnian berupa kebajikan Natal, keadilan berupa kepercayaan dalam Natal, kebenaran yaitu segala tentang Natal yaitu Kristus. 

Tidak ada komentar:
Write komentar