Seorang pria tua yang merupakan pedagang ikan membuka toko lalu memasang sebuah papan agar penjualannya meningkat. Papan itu bertuliskan Di Sini Dijual Ikan Segar. Dengan pemasangan papan itu, lebih banyak orang yang membeli ikan di toko pria tua tersebut. Cara berdagang yang menguntungkan. Setelah beberapa jam, seorang pembeli menanyakan, "Kenapa kau tulis Di sini dijual ikan segar? Bukannya semua orang tahu kalau kau memang berjualan di sini, bukan di sana," lalu pedagang tua itu berpikir, benar juga, dan akhirnya dia menghapus kata di sini, sehingga tulisan pada papan hanya Dijual Ikan Segar. Beberapa waktu kemudian, datang seorang pelanggan yang menanyakan, "Kenapa kau tulis dijual ikan segar? Tentu saja yang kau jual ikan segar, bukan ikan busuk," kemudian sang pedagang berpikir ada benarnya juga, lalu tulisan pada papan dihapus menjadi Dijual Ikan. Datang lagi pembeli yang menanyakan, "Kenapa ditulis dijual ikan? Kau tidak sedang membagi-bagikan ikan ini dengan cuma-cuma kan?" pedagang setuju dengan ide itu, lalu mengganti tulisan menjadi Ikan saja. Lalu datang pembeli lain yang tertawa membaca tulisan pada papan, "Kau ini ada-ada saja pak tua, tentu saja yang kau jual ikan, bukan daging ayam, apa kau kira pembelimu bodoh?" Akhirnya penjual ikan itu melepas papan jualannya. Tetapi apa yang terjadi, orang yang membeli ikan-ikannya menurun dibandingkan saat dia memajang papan bertuliskan Di Sini Dijual Ikan Segar. Sahabat, tak semua ide orang lain harus Anda jalankan untuk menyenangkan hati mereka. Jika saran yang diberikan dirasa tidak mengembangkan kemampuan Anda, Anda berhak untuk menolak ide tersebut. Hidup Anda adalah keputusan Anda, dan menolak ide dari orang lain merupakan hak yang juga milik Anda.
Read more at: http://www.ikadanewsonline.com/2012/01/lentera-sebuah-kisah-seorang-penjual.html
Read more at: http://www.ikadanewsonline.com/2012/01/lentera-sebuah-kisah-seorang-penjual.html
Tidak ada komentar:
Write komentar