Komitmen adalah tekad yang lahir
dari perasaan (nurani) yang membentuk perilaku keterlibatan penuh, yang
ditunjukkan dengan totalitas diri sepenuhnya. Kehadirannya tidak ditentukan
oleh imbalan materi. Ia tidak perlu diatur dan diawasi
berlebihan. Ia tidak dapat dibentuk
melalui pelatihan-pelatihan. Ia tidak bisa dibangun lewat ancaman dan sanksi.
Ia hadir sebagai bentuk kualitas seseorang. Ia adalah insan yang bersedia dan selalu melakukan lebih dari yang diminta, diharapkan atau diharuskan oleh prosedur kerja tetap. Ia akan tetap dapat bekerja meskipun tidak dilihat orang lain. Pantaslah ia berada pada tingkat tertinggi pada skala Maslow, ia adalah altruisme diri.
Ia hadir sebagai bentuk kualitas seseorang. Ia adalah insan yang bersedia dan selalu melakukan lebih dari yang diminta, diharapkan atau diharuskan oleh prosedur kerja tetap. Ia akan tetap dapat bekerja meskipun tidak dilihat orang lain. Pantaslah ia berada pada tingkat tertinggi pada skala Maslow, ia adalah altruisme diri.
Ia hanya dapat dibangun dengan cara “diajak rembuk” (penghargaan)
sehingga apa yang dihasilkan terasa sebagai “milik
bersama”. Bukan melalui “instruksi” atau perintah. Rasa memiliki yang dalam dapat menghasilkan komitmen yang tinggi. Saat
ini, bukan zamannya memerintahkan (aturan, sanksi). Sekarang adalah saat
di mana setiap orang harus dihargai, diajak rembug agar bangkit rasa memiliki. Bukan
perasaan sekedar “kuli”.
Dan jangan lupa. Komitmen dapat membuat orang lain tidak nyaman. Ia akan menghadapi situasi atau tekanan dari pihak lain
yang tidak mempunyai komitmen yang tinggi. Ia akan dianggap sebagai “bahaya”
yang mengancam. Komitmen dapat
menggerogoti “saling mempercayai” yang salah. Bahkan ia bisa disingkirkan.
Yahya Wardoyo
Tidak ada komentar:
Write komentar