Segelintir dari cerita kehidupanku. Bukankah hidup ini terkadang mirip dengan cerita novel? Bedanya, kisah ini masih terus berlanjut dan terus berlanjut.. so, nikmati alur ceritanya kawan.. "PEZIARAHAN TUK MENJADI SEORANG DON CORLEONE"

Rabu, 01 Februari 2012

"Kemana"


Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar nama penyanyi dangdut yang sempat booming dengan lagunya yang berjudul Alamat Palsu. Namanya adalah Ayu Tingting. Yang ingin saya sampaikan bukanlah perihal Ayu Tingtingnya, tetapi lirik lagunya yang bertanya “kemana-kemana”. Dalam lirik lagu itu disebutkan bahwa ia sedang kebingungan untuk mencari kekasih hatinya yang sudah lama tidak datang ke rumahnya.  Tentu itu hanyalah sebuah lirik lagu. Tetapi pertanyaan dengan menggunakan kata “kemana” bukanlah hanya ada dalam lirik ragu. Di dalam kehidupan ini pun kita sering bertanya dengan menggunakan kata “kemana”, termasuk orang-orang yang beberapa kali saya temui di LP BK, Bekasi. Beberapa kali mengikuti kegiatan Oikmas   gereja yang diadakan di LP itu, beberapa kali pula saya mendengar kata “kemana” disampaikan oleh saudara-saudara yang menghuni LP tersebut.

Ketika Pdt. SS memimpin Pendalaman Alkitab (PA), penghuni yang mengikuti PA tersebut akan bernyanyi dan kemudian mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh pdt.S. Selanjutnya, mereka akan dibagi dalam beberapa kelompok. Setelah kelompok dibagi, maka kami yang turut serta dari Gereja dan teman-teman dari STTJ akan ambil bagian dalam kelompok itu. Kami akan memimpin kelompok untuk mulai mendiskusikan bahan yang telah disampaikan sebelumnya oleh Pdt. S. Seperti yang ditulis dalam warta jemaat minggu lagu oleh pdt. S, bahwa di dalam kegiatan PA tersebut, kami memiliki kesempatan untuk dapat lebih mengenal warga binaan dan menggali masalah serta pergumulan mereka. Di awal diskusi kelompok, mereka menceritakan kisah yang membawa mereka ke tempat itu. Semakin lama berdiskusi membuat suasana semakin akrab sehingga membawa kami lebih masuk lagi kearah pertanyaan diskusi mengenai perasaan mereka. Beragam kasus yang membawa mereka sampai ke hotel prodeo itu dan beragam pula ungkapan perasaan mereka mengenai kasus dan masa tahanan yang mereka jalani. Ada yang sangat antusias menceritakan kisahnya karena dalam waktu dekat ia akan bebas dari hotel prodeo itu. Tetapi ada juga yang sedikit bermalas-malas untuk menceritakan kisahnya. Selanjutnya, saya mengetahui bahwa kehadiran orang yang sedikit bermalas-malas itu bukan pertama kalinya di tempat itu. Dia sudah empat kali menjadi penghuni PL dengan kasus sama.  

Bila dipelajari kasus-kasus mereka, maka banyak kasus yang dilatarbelakangi masalah ekonomi. Walaupun mereka tidak mengungkapkan secara rinci tetapi jika dilihat dari kisahnya dan latarbelakang kehidupan keluarga, maka dapat dikatakan bahwa masalah ekonomi sangat berperan sebagai pemicu aksi atau perbuatan mereka.  Sebenarnya mereka mengetahui bahwa perbuatan yang akan mereka lakukan merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Tetapi dalam kenyataannya, mereka tetap melakukannya dan bahkan ada yang telah berulangkali masuk LP karena melakukan kasus yang sama.

Dengan keakraban yang yang terjalin dalam diskusi itu, maka akan ada satu atau dua orang yang berani untuk mengungkapkan perasaannya dengan perkataan. “saya bingung, ketika bebas nantinya mau kemana”, itulah ungkapan sebagian dari mereka. Tentunya hal itu bukanlah kebingungan biasa. Betapa tidak, selain ketakutan akan “hukuman dari masyarakat”, mereka juga bingung mau melakukan apa setelah keluar dari LP. Yang saya tangkap dari perkataan itu adalah perihal pekerjaan demi mendapatkan kebutuhan ekonomi. Pertanyaan itu bukan pertanyaan yang mudah untuk saya jawab. Saya menanggapi pertanyaan itu dengan mengatakan agar mulai sekarang mencoba untuk memikirkan kira-kira pekerjaan apa yang nantinya bisa dilakukan setelah keluar dari LP. Tentunya dengan penegasan “tidak usah tergesa-gesa memikirkannya karena saudara dapat memikirkannya dikala bersantai, tetapi jangan lupa sebelumnya harus berdoa dulu”. Tentunya tanggapan saya itu kurang memuaskan bagi mereka. Tetapi setidaknya saya mencoba agar mereka tidak terjebak dengan perilaku lama mereka yang akan membawa mereka kembali ke tempat itu.

Disinilah letak pentingnya melayani mereka. Ketika mereka sedang kebingungan mencari kemana mereka setelah keluar dari LP, hendaknya mereka mendapatkan solusi yang menyegarkan. Dari siapa mereka mendapatkan solusi itu? Memang benar, bahwa mereka harus mulai memikirkan solusi bagi mereka sendiri. Tetapi selain itu, harus ada juga orang-orang yang mau peduli untuk menanggulangi kebingungan para penghuni LP ini.

Dalam Markus 14:3-9 dikisahkan tentang seorang perempuan tak bernama membawa buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Minyak yang mahal itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus. Orang-orang yang ada di sekitar Yesus langsung merespon tindakan itu. “Untuk apa pemborosan minyak narwastu itu?” Orang-orang itu memarahi perempuan itu. Ada dua hal yang menjadi alasan orang-orang disekitar Yesus. Yang pertama adalah soal ekonomi. Jelas bahwa menggunakan minyak yang mahal itu adalah pemborosan. Yang kedua, solidaritas kepada kaum miskin. Mereka memiliki guru yang sangat peduli soal kemiskinan. Mungkin mereka mengangagap bahwa tidak cocok berboros ria padahal banyak kaum miskin yang membutuhkan uang dan makanan. Jika dilihat dari alasan itu, maka seharusnya Yesus juga marah kepada perempuan itu. Tetapi Yesus tidak memarahi perempuan itu dan justru membela perbuatannya. Alasan Yesus: “ia telah melakukan sesuatu perbuatan baik pada-Ku (sebagai persiapan untuk penguburan-Ku)”. Artinya, perbuatan perempuan itu merupakan tanda untuk meneguhkan jalan salib yang akan segera menghampiri-Nya. Selanjutnya Yesus berkata kepada orang-orang yang memarahi perempuan itu: “orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya”. Yesus mengatakan bahwa orang miskin (orang yang membutuhkan bantuan) tidak sulit untuk dicari  karena mereka hidup disekitar murid-murid. Jika murid-murid itu prihatin terhadap kaum miskin, mereka dapat membantunya sesuai dengan apa yang mereka miliki. Tetapi alasan humanis para murid tidak bisa menjadi pembenaran untuk menghakimi perbuatan baik yang dilakukan orang lain (perempuan itu).

Tentunya jawaban Yesus terhadap kemarahan orang-orang itu masih relevan bagi gereja saat ini. Orang miskin dan orang yang membutuhkan ada disekitar kita. Orang yang bertanya “kemana” masih banyak di sekeliling kita. Yesus mengajarkan agar kita tidak marah bila bertemu dengan orang yang dengan kerelaan hati menolong orang lain yang sedang kebingungan dalam hidupnya. Tuhan  menginginkan agar setiap orang mau menyadari bahwa di sekeliling kita masih banyak yang kebingungan dan bertanya: kemana?  Untuk semua kisah itu, Yesus mengatakan: “kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya”. 

Tidak ada komentar:
Write komentar