Segelintir dari cerita kehidupanku. Bukankah hidup ini terkadang mirip dengan cerita novel? Bedanya, kisah ini masih terus berlanjut dan terus berlanjut.. so, nikmati alur ceritanya kawan.. "PEZIARAHAN TUK MENJADI SEORANG DON CORLEONE"

Selasa, 07 Februari 2012

Yesuslah Terang, Kita (hanya) Pendar CahayaNya (Matius 5:14; Yoh 8:12)


 “Yesus adalah Terang yang sebenarnya dan kita adalah pendar (pancaran, efek) dari cahaya Tuhan itu”. Ada dua makna yang ingin disampaikan melalui tema ini yaitu pengakuan dan harapan. Pengakuan tentang “Yesus adalah Terang” dan pengharapan karena kita masih terkena pancaran terang itu. Pertanyaannya, apakah kita sungguh-sungguh mengakui Yesus sebagai terang? Jika YA, terus, kira-kira apa yang menjadi masalahnya? Justru di dalam pengakuan itulah ada masalah.
Jika suami atau istri pergi berpamitan pergi ke kantor, apakah ibu bapak percaya istri atau suami berangkat ke kantor bukan ke tempat lain? jika percaya, Demikian juga dengan mengakui. Mengakui itu khan karena kita percaya. Orang Kristen menyebutnya dengan iman. Iman juga harus diaminin atau di-ia-kan (aktif). Misalnya Abram (Kej 12:1-5) dan Nuh (Kej 6:22).  Apakah kita bisa beriman seperti Abram dan Nuh? Jika tidak, mengapa kita tidak bisa seperti mereka? Manusia sukanya menawar-nawar seperti para ibu yang belanja. Contoh: saya akan rajin beribadah Tuhan, tapi tunggu anak-anak saya besar semua dulu ya Tuhan. Jika engkau memberkati keluarga kami, saya akan menuruti segala perintahMu.” Mahatma Gandhi mengatakan “saya menyukai Yesus. tapi saya tidak menyukai orang Kristen karena orang Kristen tidak seperti Yesus”
Orang Kristen sering mengambarkan bahwa terang untuk mengatakan yang baik dan yang gelap itu tidak baik atau jahat. Padahal belum tentu maknanya demikian. Bahkan jika kita melihat kitab kejadian, terang dan gelap itu diciptakan dengan predikat baik adanya.
Jadi pertanyaannya, mengapa terang seringkali digambarkan dengan yang baik dan gelap digambarkan dengan yang buruk atau tidak baik? Apakah karena orang-orang lebih suka dengan yang namanya gelap-gelapan? Atau orang lebih suka berbuat “tidak baik” pada tempat yang gelap? Padahal, jika kita lihat keadaan sekitar kita sekarang ini justru semakin banyak orang yang melakukan yang tidak baik pada saat terang. Saat ini, orang yang mau mencuri tidak selalu menjalankan aksinya di malam hari, Melainkan diwaktu orang yang punya rumah lengah atau tidak ada dirumah. Bahkan, sekarang banyak pencuri yang melakukan aksinya disaat yang punya rumah ada di tempat.
Bacaan kita saat ini juga memiliki gambaran mengenai terang dan gelap itu. Jika kita melihat sejarah, keadaan dulu dengan sekarang sudah berbeda. Orang jaman sekarang tidak takut lagi dengan gelap karena telah banyak penerangan. Di jaman dulu, yang ada hanyalah pelita, yang cahayanya tidak seberapa. Dengan kondisi seperti itu, perjalanan seseorang akan terhambat atau gampang kesandung. Oleh karena itu pelita harus diletakkan diatas agar dapat menerangi dengan lebih luas lagi. Seperti Yesus, Ia menggambarkan dirinya seperti terang, dan membedakannya dengan kegelapan agar orang-orang lebih mudah untuk memahami arti kedatangan Yesus. Kegelapan digunakan untuk menggambarkan keadaan dunia yang telah bergaul dengan dosa yang membuat manusia itu tidak tahu lagi jalan menuju Tuhan. Akibatnya, manusia itu sering terjatuh dan tidak tahu arah tujuannya. Oleh karena itu dibutuhkan penyelamat atau penolong yang bisa menuntun jalan manusia agar tidak tersandung dan salah arah.
Penyelamat itu menyebut diriNya sebagai terang. Yesus mengatakan: “Akulah Terang itu”, Akulah yang dapat menuntun engkau keluar dari kegelapan. Yesus datang sebagai juru penolong. Yesus datang sebagai terang yang dapat menerangi jalan manusia. Pertanyaannya, mengapa manusia itu tidak mau mengikuti terang itu? Padahal jika mengikuti Terang itu, maka manusia tidak akan berjalan lagi dalam kegelapan. Semakin menjauh dari terang itu, maka jalannya pun akan semakin tidak jelas, semakin kehilangan arah dan Pendar cahaya itu pun akan semakin redup dan hilang.
Misal: Jika listrik padam, kita menyalakan lilin. Jika kita dekat dengan lilin itu maka kita akan  dapat melihat sekitar kita. Tetapi ketika kita semakin jauh dari lilin itu, maka sekitar kita pun semakin tidak jelas terlihat. Oleh karena itulah manusia diajak untuk lebih dekat dengan Dia.
Di dalam Yoh 8:12 dikatakan: “barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”.
Kata “mengikut Aku” jangan diartikan dengan kaku bahwa ketika kita mengikut Yesus berarti kita harus berada dibelakangnya. Tetapi kata “mengikut Aku” juga bisa dengan cara menggandeng tangan Yesus dan menjadi sahabatNya. Kita bisa merasa bahwa Yesus itu sangat dekat dengan kita. kita bisa ngobrol denganNya, kita bisa curhat kepadaNya, kita bisa tertawa bersamaNya. Sungguh suasana yang sangat indah. Yesus telah berinisiatif untuk mendekat kepada manusia dan memberikan berbagai cara untuk dekat denganNya. Sesungguhnya, Ketika Yesus mendekat kepada kita dan kita menyambut Dia, maka kita pun akan terkena pancaran cahayaNya atau pendar cahayaNya dan jalan kita pun akan semakin jelas dan itu membuat kita bahagia.
Mungkin kita pernah mendengar orang mengatakan “saya ikut Yesus dari sejak lahir hingga sekarang, tetapi terus aja ada pergumulan, terus aja ada masalah, tidak pernah merasa damai.”
Memang jika kita lihat sepintas, perkataan Yesus ini ingin mengatakan bahwa jika kita mengikut Dia maka kita tidak akan hidup di dalam kegelapan. Kenyataan mengatakan berbeda. Kita hidup di dalam terang tetapi justru banyak masalah. Pertanyaannya, Apakah ketika kita hidup  di dalam terang maka kita tidak akan pernah tersandung? Justru ketika berjalan dimalam hari kita hati-hati untuk berjalan. Sedangkan pada saat terang kita seringkali tersandung. Mengapa? Ada beberapa kemungkinan:
1.    Tuhan menghendaki demikian (Tuhan punya rencana)
Mungkin kita pernah mendengar “siapa yang tahu rencana Tuhan. Rencana Tuhan adalah misteri”. Dalam hidup seseorang, Tuhan selalu mempunyai rencana. Rencana untuk menyadarkan, memberi ujian atau cobaan, ataupun menjadikan seseorang itu lebih kuat menjalani hidup.
2.    Mengaku mengikut Terang, tetapi sebenarnya tidak.
Efesus 5:9 “karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.” Jika kita mengatakan bahwa kita telah hidup di dalam terang (bersama Kristus), tetapi terang itu tidak berbuah maka kita perlu bertanya lagi “apakah kita sudah benar-benar hidup di dalam terang atau di dalam pendar cahayaNya? Jangan-jangan, seperti yang dikatakan penulis Matius “orang yang masuk ke dalam sorga bukanlah orang yang berseru dan memanggil-manggil: Tuhan.. Tuhan.. melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang akan masuk kerajaan sorga. Artinya untuk melihat apakah seseorang itu hidup di dalam terang atau memiliki pendar cahaya bukan karena seberapa banyak kata “Haleluya” dan “Amin” diucapkan, melainkan dari sikap hidup yang berbuah.
3.    Menutup Terang itu dengan gantang.
Terang itu bukan hanya untuk hubungan kita pribadi dengan Tuhan. Terang itu juga sangat berhubungan dengan orang lain. Jika lilin itu diletakkan dibawah meja atau ditutup, apalah gunanya. Bukankah lilin berguna untuk menerangi? Oleh karena itulah selain persekutuan pribadi kita dengan Tuhan, kita juga diajak untuk bersekutu dengan orang lain, agar orang lain juga dapat merasakan pendar cahaya Tuhan, sehingga pendar cahaya dari Terang itu dapat berguna untuk menerangi kita dan orang lain.
4.    Terlalu percaya diri.
Merasa sudah berjalan ditempat yang terang dan merasa Tuhan pasti menuntunnya. Kita perlu ingat bahwa kita adalah pendar atau pancaran cahaya Tuhan yang hidup di dalam dunia yang penuh dengan kegelapan. Artinya, kita masih rentan terhadap cobaan. Oleh karena itu di dalam Alkitab dikatakan “berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya (Mat. 25:13).
Apa yang dapat menjadi perenungan kita pada saat ini. Yesus adalah terang yang sesungguhnya, sedangkan kita hanyalah pendar cahaya. Kita bukan terang itu, tetapi terang itu bisa ada bersama-sama dengan kita. Walaupun kita hanya pendar cahayaNya, itu sudah cukup untuk menerangi jalan kita dan jalan orang lain. Pendar cahaya itu bisa hilang dari kita jika kita semakin menjauh dari Dia.
Menjadi pendar cahayaNya juga bukan berarti kita selalu aman. Mengapa? Karena kita masih hidup di dunia yang di ibaratkan dengan penuh kegelapan. Oleh karena itu ketika kita hidup dan menjadi pancaran cahayaNya, hendaknya kita tetap berjaga-jaga, agar kasih Tuhan selalu melingkupi kita. Jika di dalam perjalanan kehidupan ini kita pernah terjatuh, kita diajak untuk berseru kepada Tuhan dan genggamlah tanganNya, agar Tuhan mengangkat dan merangkul kita. Semakin kita mendekat kepadaNya, pendar cahaya itu akan semakin terlihat bercahaya dan indah. Inilah arti pengakuan dan pengharapan tentang “Yesuslah Terang dan kita hanyalah pendar cahayaNya.




Tidak ada komentar:
Write komentar