Segelintir dari cerita kehidupanku. Bukankah hidup ini terkadang mirip dengan cerita novel? Bedanya, kisah ini masih terus berlanjut dan terus berlanjut.. so, nikmati alur ceritanya kawan.. "PEZIARAHAN TUK MENJADI SEORANG DON CORLEONE"

Minggu, 30 September 2012

KISAH PETUALANGAN BBL


Waktu membawaku ke sebuah kota kecil yang nyaman. Kota yang begitu menggugah untuk perkembangan zaman. Walaupun begitu menggugah tetapi yang terpenting adalah eksistensi manusia yang berjuang dalam proses perkembangan itu. Waktu memberikanku kesempatan untuk lebih mendalam melihat eksistensi itu. Dan ketika kesempatan itu kuraih, aku pun mendapatkan banyak sekali perenungan tentang kehidupan. Kisah ini hanya segelintir dari perenungan itu.

Di kota kecil itu aku pun diberi kesempatan untuk berbagi dengan orang-orang yang dikumpulkan dalam sebuah persekutuan, gereja. Berbagi cerita, berbagai perenungan, berbagi tawa, berbagi kesedihan dan berbagi firman Tuhan. Gereja itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Di dalamnya beragam tipe orang menghiasi indahnya persekutuan dengan sesama. Tidak menyangka akan bertemu orang-orang yang sangat disayangi Tuhan. Dari berbagai tipe itu, aku pun menemukan tipe yang menurutku sangat menarik dan menggugah diriku untuk lebih dekat dengannya. Seperti kalimat yang popular saat ini “kesan pertama begitu menggoda”.  Bukan karena ia seorang kaya, pakaiannya yang mahal, dan juga bukan tunggangannya yang keren. Tetapi karena sebaliknya. Seorang lelaki yang tampangnya tidak keren, baju yang kusut dan kadang warnanya sangat “jreng”, baunya yang sangat khas. Bukan hanya itu saja, yang membuatku sangat penasaran adalah ketika setiap malam ia berteriak keras dengan kata-kata yang tidak kumengerti. Setelah kutanya kepada beberapa orang, ternyata kata-kata yang diucapkannya hampir setiap malamnya adalah kata yang bernada keras, “kotor” dan tidak sopan menurut norma yang berlaku di kota itu. menurut mereka, teriakan itu dikeluarkan dari mulutnya karena sedang berperang dengan mahluk yang tak terlihat. Ops, mahluk apa kira-kira itu ya?
Ketika ia sedang menulis lirik lagu

 Seiring berjalannya waktu, aku pun mulai “ngeh” dan mulai mendekatinya. Mungkin orang yang pertama kali melihatnya akan langsung menghakimi dengan mengatakan “ itu orang gila ya”. Memang dia sedikit berbeda dengan orang kebanyakan.   Ketika aku memberanikan diri untuk menyapanya dan berkomunikasi dengannya, wuaw.. semua diluar dugaan. Orangnya cerdas, idealis, sangat sopan, menciptakan lagu dan permainan gitarnya itu lho. Itu membuatku semakin tertarik mencari hal-hal baru dari dirinya. Mentorku mengutip ayat dari Alkitab dan dikatakan kepadaku “ kamu harus belajar dari dia. (Mat 6:26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?  Itu jugalah yang dilakukannya”. Lalu ditambahkan mentorku “dia tidak pernah resah akan hari esok. Ia selalu berserah kepada Tuhan.” Semua itu dikatakan mentorku karena dia (insial: Jaka) memang tidak pernah resah akan hari esok.

Setiap harinya ia berjalan menelusuri kota kecil itu. Kadang saya bingung akan tingkahnya. Tetapi dari perjalanan setiap harinya itulah ia mendapatkan makanan, uang dan rokok dari orang yang mengasihinya. Alasan orang-orang yang memberinya adalah karena ia mau menyapa dan sopan. Dan memang ia adalah orang yang sangat mensyukuri setiap pemberian Tuhan bagi dirinya. Jika ada orang yang berbagi dengannya, tidak lupa ia juga akan berbagi dengan orang lain. Dengan kata lain, ia selalu mengingat orang lain. Orang-orang perlu belajar darinya. Banyak orang yang sangat serakah dan tidak pernah memikirkan orang lain. Selalu meminta dan tidak pernah memberi. Tetapi ia (baca: Jaka), selalu memberikan yang ada padanya kepada orang lain sebab ia mengatakan bahwa Tuhanlah yang sudah mengatur itu semua. Dia menambahkan “Tuhan telah mengasihi saya dan saya pun harus mengasihi orang lain”.  Sungguh super kata-katanya ini. Ia membuat lirik lagu khusus yang rohani. Ia berkata “saya sudah diberikan Tuhan talenta ini, ya harus saya berikan juga untuk kemuliaan Tuhan”. Ini perkataan super yang kedua. Memang ia adalah seorang seniman. Ia tidak pernah memikirkan berpakaian rapih dan bersih, rambutnya panjang dan tidak pernah di sisir. Tetapi di balik itu ada hati yang sangat mulia. Ini perenungan berikutnya. Bukankah orang sekarang lebih senang dengan keberadaan tubuh yang terlihat ini? Berpakaian rapi, parfum dengan semerbak berjuta wewangian, berdasi, tetapi hatinya busuk bak kubis yang dibiarkan petani membusuk karena harganya yang jatuh. Orang-orang senang melihatnya bukan karena pakaiannya yang rapi melainkan hatinya yang penuh dengan kebaikan.
Lirik lagu yang sudah selesai

Banyak juga orang orang yang telah melihatnya dan mendengarnya tetapi tidak mau mengubah sikapnya. Seperti yang dikatakan dalam Matius mengutip Yesaya: “kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti. Kamu akan melihat dan melihat namun tidak menangkap, sebab hati bangsa ini telah menebal.” Orang-orang yang disekitarnya telah diberikan karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga melalui cara hidup Jaka, tetapi orang-orang itu tidak mau mengambil kesempatan itu. Hati mereka telah menebal. Mungkin mereka berfikir bahwa karunia itu haruslah yang spektakuler dan bukan belajar dari seseorang yang dianggap “sableng”. Saya jadi teringat novel laga dengan sang jagoan bernama Wiro Sableng dan kapaknya yang ampuh bertuliskan 212. Si Jaka juga memiliki senjata yang ampuh, permainan musik yang sangat menakjubkan. Tentu bukan sekedar menunjukkan kelihaiannya memainkan jemarinya melainkan semuanya diberikannya untuk memuliakan Tuhan.

Ia adalah seniman yang tidak terlalu mementingkan pembungkus kulit luarnya. Karena yang terpenting menurutnya adalah isi hati seseorang. Ia tidak mau mengeluh sebab menurutnya mengeluh itu tidak bermutu dan hanya membebaninya. Bukankah kehidupan ini juga seni? Kita adalah para seniman yang siap untuk menghiasi alam semesta ini. Tuhan memberikan talenta yang beragam kepada kita agar kita dapat berkarya dengan berbagai macam cara. Bukannya menggunakannya demi keserakahan diri. Kesederhanaan dan ketulusan dari seniman bernama Jaka inilah aku belajar bahwa kehidupan ini perlu dihiasi dengan musik dan lirik yang menawan. Semua itu dalam rangka mensyukuri anugerah Tuhan yang telah menghiasi hidup kita. Ketika aku akan meninggalkan kota itu dan kembali berpetualang, ia menyanyikan sebuah lagu untukku. Lirik lagu itu ditulisnya setelah ngobrong denganku. Ia pun tidak ingin karyanya asal jadi. Sebelum menyanyikannya, ia telebih dahulu menjelaskan kalimat per kalimat dari lirik itu.  Terimakasih kawan.

                                                  
 Sepenggal hari hari
 Dalam rumah Tuhan ini
 Kita pun tlah lama berhimpun
 Dan berpadu… saling melayani
               Dan dalam kebersamaan
               Kita tlah bergumul hadapi
               Segala rintangan yang menghadang
               Di jalan berbakti
 Sepenuh ketekunan
 Dalam doa kita berserah
Pada Allah yang telah tetapkan
Perjalanan langit dan bumi
                Dan jika diesok hari
                Kita tak bertemu lagi
                Bukanlah berarti sebagai
                Perpisahan abadi
Reff:       Semakin jauh jarak ruang kita
               Smakin Nampak kebesaran Allah
               Yang bentangkan kehidupan luas
                                               Yang tunjukkan jalan kebenaran
               Salam akhir untuk waktu ini, disini
               Maafkan segala kesalahan diri

 Catatan: Ia tidak pernah memberikan judul untuk  setiap karyanya.










Tidak ada komentar:
Write komentar