Bisa dikatakan bahwa penilaian atas diri sendiri, sesungguhnya kita yang lebih tahu. Dari berbagai peristiwa hidup justru berbeda. Banyak pengalaman yang menunjukkan keletihan karena kesibukan hati dan
pikiran untuk mempertontonkan berbagai perilaku yang terkadang bukan diri sendiri. Dan itu membuat tubuh dan jiwa capek. Capek karena selalu mencoba
untuk menghasilkan penilaian baik menurut orang lain. Belum lagi “mata-mata” yang membuat kita muak dengan keberadaannya. Tentu tidak semua pengalaman-pengalaman itu tidak bermanfaat bagi
perkembangan karakter. Di sisi lain, yang membuat seseorang bisa berkembang justru bukan penilaian yang dibuat orang lain. Melainkan
ketika ia berusaha untuk terus merenungkan setiap pengalaman yang
memuakkan itu dan akhirnya mengerti serta dapat memahami karakternya dalam
berbagai keadaan, termasuk dalam keadaan disudutkan, dianggap remeh dan
dianggap berpotensi merusak. Dari berbagai tekanan itu seseorang bisa belajar untuk menahan diri, menjaga sikap dan belajar melihat berbagai
kondisi saat mengutarakan pendapat. Walaupun belum terlihat dampak yang
luarbiasa tetapi usaha seperti itu akan dapat mengubah seseorang menjadi lebih baik. Perubahan itu dapat dilihat ketika memperbandingkannya dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Seringkali pengalaman hanya tinggal pengalaman yang tidak bermakna. Hal itu bisa terjadi karena krisis perenungan. Pengalaman hanya dianggap sebagai keadaan yang memang harus terjadi tanpa berdampak pada perkembangan karakter. Ketika pengalaman tidak menyenangkan terjadi pada diri seseorang, ia hanya sibuk dengan amarahnya dan pertanyaan, “mengapa semua ini terjadi pada diri saya?” Ketika hanya disibukkan dengan keadaan yang seperti itu maka akan sulit menyingkapkan yang terselubung dibalik pengalaman yang tidak menyenangkan itu. Alhasil, adanya hanya mencari kambing hitam atau pun menyalahkan keadaan.
Belajar dari berbagai keadaan bahwa tujuan dan keputusan yang kita buat tidak bisa dipisahkan dari keberadaan maupun keterkaitan dengan orang lain. Campur tangan orang lain sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup. Bahkan terkesan yang menentukan adalah orang lain. Apakah memang itu sudah takdir semesta? Mungkin saja. Tetapi dari semuanya itu kita bisa melihat keterkaitan bukan hanya untuk merusak melainkan juga memberikan pertumbuhan yang baik. Pelajaran hidup dalam kehidupan bersama adalah penilaian dari diri sendiri bukanlah satu-satunya penilaian. Dari sanalah awal pelajaran tentang kehidupan dan kerendahan hati. Dalam sebuah komunitas dihadirkan ketentuan-ketentuan dan penilaian kualitas agar tujuan bersama bisa tercapai dengan baik. Walaupun kemungkinan meleset sangat rentan terjadi. Bukan untuk tujuan bersama melainkan untuk kepentingan segelintir orang yang merasa berkuasa. Terkadang keadaan seperti itu harus dijalani dengan iklas (bukan berarti tidak kritis). adakalanya kita diperhadapkan dengan berbagai kondisi dan situasi agar kita semakin terdidik, "kuat" serta tangguh. Ada pepatah klasik mengatakan, “pengalaman adalah guru yang baik”. Itu bukan hanya kata-kata kosong saja. Melalui pengalaman manusia dapat melihat yang terjadi dan belajar untuk lebih baik lagi. Bahkan para motivator sering mangatakan bahwa kegagalan bukanlah akhir dunia melainkan kesuksesan yang tertunda.
Dalam dunia pelayanan, pengalaman itu juga sangat penting. Sebagian orang mungkin merasa bahwa selama praktek-praktek di perkuliahan sudah menyuguhkan keaslian hidup dalam dunia pelayanan. Kenyataannya ada perbedaan. Mungkin karena waktu yang terbatas dan motivasi dapat membuat seseorang tidak melihat secara holistik dunia pelayanan. Ketika dalam waktu yang panjanglah kemungkinan “melihat” itu semakin terbuka. Disanalah kita bisa mengeluarkan potensi yang sesungguhnya. Dari sana jugalah kesadaran muncul sehingga mampu mengakui bahwa penilaian bukan hanya dari diri kita. Banyak faktor-faktor penentu yang lain. Dalam keadaan seperti itu dapat terlihat semakin jelas adanya perbedaan, penilaian sepihak, dan ketegangan penilaian. Dalam keadaan seperti itu juga kita bisa belajar lebih baik, tetapi tidak jarang seseorang jatuh pada penilaian orang lain sehingga dibentuk "menjadi lain", bukan dirinya. Diperhadapkan dengan penilaian orang lain yang sesuka hati menilainya tentu bukan pilihan kita. tenggelam pada penilaian orang lain dapat membuat kita menjadi "hamba" sebagian orang bukan lagi "hamba Tuhan". Dari semuanya itu, kita dapat belajar bahwa pengalaman itu baik. Sebab melalui berbagai pengalaman kita bisa semakin meningkatkan kualitas diri.
Tetap semangat menjalani setiap proses agar kita dapat bertumbuh dalam Kristus. Dengan perjuangan itu kita bisa melihat campur tangan Tuhan membentuk kita menjadi hambanya yang berkualitas dan berintegritas. Tidak usah merasa sendiri menjalani hidup ini. Kita bersama untuk bertumbuh. Hargailah setiap pengalaman sebagai bekalmu merenung. Di dalam sedihmu ingatlah bahwa nantinya engkau akan menjadi hamba yang tangguh dan dalam kebahagiaanmu, ingatlah bahwa itu adalah semangat yang membuatmu kuat untuk membimbing umatNya. Tuhan memberkati kalian yang bertekun dalam perjuangan.
Tidak ada komentar:
Write komentar